Senin, 31 Agustus 2015

Struktur cerpen BANUN.

Struktur Teks
“Banun”

Struktur teks Kalimat dalam teks
1.     Abstraksi
Bila ada yang bertanya, siapa makhluk paling kikir di kampung itu, tidak akan ada yang menyanggah bahwa perempuan ringkih yang punggungnya telah melengkung serupa sabut kelapa itulah jawabannya. Semula ia hanya dipanggil Banun. Namun, lantaran sifat kikirnya dari tahun ke tahun semakin mengakar, pada sebuah pergunjingan yang penuh dengan kedengkian,
seseorang menambahkan kata “kikir” di belakang nama ringkas itu, hingga ia ternobat sebagai Banun Kikir. Konon, hingga riwayat ini disiarkan, belum ada yang sanggup menumbangkan rekor kekikiran Banun .

2.     Orientasi

Ada banyak Banun di perkampungan lereng bukit yang sejak dulu tanahnya subur hingga tersohor sebagai daerah penghasil padi kwalitet nomor satu itu. Pertama, Banun dukun patah-tulang yang dangau usangnya kerap didatangi laki-laki pekerja keras bila pinggang atau pangkal lengannya terkilir akibat terlampau bergairah mengayun cangkul. Disebut-sebut, kemampuan turuntemurun Banun ini tak hanya ampuh mengobati patah-tulang orang-orang tani, tapi juga bisa mempertautkan kembali lutut kuda yang retak akibat bendi yang dihelanya terguling lantaran sarat muatan. Kedua, Banun dukun beranak yang kehandalannya lebih dipercayai ketimbang bidan desa yang belum apa-apa sudah angkat tangan, lalu menyarankan pasien buntingnya bersalin di rumah sakit kabupaten. Sedemikian mumpuninya kemampuan Banun kedua ini, bidan desa merasa lebih banyak menimba pengalaman dari dukun itu ketimbang dari buku-buku semasa di akademi. Ketiga, Banun tukang lemang yang hanya akan tampak sibuk pada hari Selasa dan Sabtu, hari berburu yang nyaris tak sekali pun dilewatkan oleh para penggila buru babi dari berbagai pelosok. Di hutan mana para pemburu melepas anjing, di sana pasti tegak lapak lemang-tapai milik Banun. Berburu seolah tidak afdol tanpa lemang-tapai bikinan Banun, yang hingga kini belum terungkap rahasianya. Tapi, hanya ada satu Banun Kikir yang karena riwayat kekikirannya begitu menakjubkan, tanpa mengurangi rasa hormat pada Banun-Banun yang lain, sepatutnyalah ia menjadi lakon dalam cerita ini. Di sepanjang usianya, Banun Kikir tak pernah membeli minyak tanah untuk mengasapi dapur keluarganya. Perempuan itu menanak nasi dengan cara menyorongkan seikat daun kelapa kering ke dalam tungku, dan setelah api menyala, lekas disorongkannya pula beberapa keping kayu bakar yang selalu tersedia di bawah lumbungnya. Saban petang, selepas bergelimang lumpur sawah, daun-daun kelapa kering itu dipikulnya dari kebun yang sejak lama telah digarapnya. Mungkin sudah tak terhitung berapa jumlah simpanan Banun selama ia menahan diri untuk tidak membeli minyak tanah guna menyalakan tungku. Sebab, daun-daun kelapa kering di kebunnya tiada bakal pernah berhenti berjatuhan.
3.     Komplikasi

“Hasil sawah yang tak seberapa itu hendak dibawa mati, Mak?” tanya
Rimah suatu ketika. Kuping anak gadis Banun itu panas karena gunjing perihal Banun Kikir tiada kunjung reda.
“Mak tak hanya kikir pada orang lain, tapi juga kikir pada perut sendiri,”
gerutu Nami, anak kedua Banun.
“Tak usah hiraukan gunjingan orang! Kalau benar apa yang
mereka tuduhkan, kalian tak bakal mengenyam bangku sekolah, dan seumur-umur



Senin, 17 Agustus 2015

Unsur - unsur cerpen juru masak

  1. Tema : Juru masak yang bimbang
  2.  Penokohan :
- Makaji : baik hati, suka membantu orang lain
- Azrial : Pekerja keras, ulet, semangat                 - Mangkudun : Sombong pada orang lain, suka menindas orang
 3. Alur : Campur
 4. Setting:
 - Tempat : Rumah makaji
 - Waktu : Sore dan Malam hari
 - Suara : haru
 5. Sudut pandang : orang ke - 3
 6. Amanat :
- Jangan suka menindas atau meremehkan orang lain
- Senantiasa menepati janji pada orang yang sudah diberi janji

Unsur Ekstrinsik

Nilai Sosial   : .."Sejak dulu, Makaji tidak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendak menggelar pesta, tak perduli apakah tuan rumah hajatan  itu orang terpandang yang tamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuran seadanya
Nilai Moral     : .."Merah padam muka Azrial"
Nilai Sosial Budaya  : "Para tetua kampung menyiapkan pertunjukan pencak guna menyambut kedatangan pria. Para pesilat turut ambil bagian memeriahkan pesta perkawinan anak gadis orang terkaya di Lareh Panjang. 
         

Legenda Danau Toba

Di sebuah desa di wilayah Sumatera, hidup seorang petani. Ia seorang petani yang rajin bekerja walaupun lahan pertaniannya tidak luas. Ia bisa mencukupi kebutuhannya dari hasil kerjanya yang tidak kenal lelah. Sebenarnya usianya sudah cukup untuk menikah, tetapi ia tetap memilih hidup sendirian. Di suatu pagi hari yang cerah, petani itu memancing ikan di sungai. "Mudah-mudahan hari ini aku mendapat ikan yang besar," gumam petani tersebut dalam hati. Beberapa saat setelah kailnya dilemparkan, kailnya terlihat bergoyang-goyang. Ia segera menarik kailnya.
 Petani itu bersorak kegirangan setelah mendapat seekor ikan cukup besar.
Ia takjub melihat warna sisik ikan yang indah. Sisik ikan itu berwarna kuning emas kemerah-merahan. Kedua matanya bulat dan menonjol memancarkan kilatan yang menakjubkan. "Tunggu, aku jangan dimakan! Aku akan bersedia menemanimu jika kau tidak jadi memakanku." Petani tersebut terkejut mendengar suara dari ikan itu. Karena keterkejutannya, ikan yang ditangkapnya terjatuh ke tanah. Kemudian tidak berapa lama, ikan itu berubah wujud menjadi seorang gadis yang cantik jelita. "Bermimpikah aku?," gumam petani.
"Jangan takut pak, aku juga manusia seperti engkau. Aku sangat berhutang budi padamu karena telah menyelamatkanku dari kutukan Dewata," kata gadis itu. "Namaku Puteri, aku tidak keberatan untuk menjadi istrimu," kata gadis itu seolah mendesak. Petani itupun mengangguk. Maka jadilah mereka sebagai suami istri. Namun, ada satu janji yang telah disepakati, yaitu mereka tidak boleh menceritakan bahwa asal-usul Puteri dari seekor ikan. Jika janji itu dilanggar maka akan terjadi petaka dahsyat.
Setelah sampai di desanya, gemparlah penduduk desa melihat gadis cantik jelita bersama petani tersebut. "Dia mungkin bidadari yang turun dari langit," gumam mereka. Petani merasa sangat bahagia dan tenteram. Sebagai suami yang baik, ia terus bekerja untuk mencari nafkah dengan mengolah sawah dan ladangnya dengan tekun dan ulet. Karena ketekunan dan keuletannya, petani itu hidup tanpa kekurangan dalam hidupnya. Banyak orang iri, dan mereka menyebarkan sangkaan buruk yang dapat menjatuhkan keberhasilan usaha petani. "Aku tahu Petani itu pasti memelihara makhluk halus! " kata seseorang kepada temannya. Hal itu sampai ke telinga Petani dan Puteri. Namun mereka tidak merasa tersinggung, bahkan semakin rajin bekerja.
Setahun kemudian, kebahagiaan Petan dan istri bertambah, karena istri Petani melahirkan seorang bayi laki-laki. Ia diberi nama Putera. Kebahagiaan mereka tidak membuat mereka lupa diri. Putera tumbuh menjadi seorang anak yang sehat dan kuat. Ia menjadi anak manis tetapi agak nakal. Ia mempunyai satu kebiasaan yang membuat heran kedua orang tuanya, yaitu selalu merasa lapar. Makanan yang seharusnya dimakan bertiga dapat dimakannya sendiri.
Lama kelamaan, Putera selalu membuat jengkel ayahnya. Jika disuruh membantu pekerjaan orang tua, ia selalu menolak. Istri Petani selalu mengingatkan Petani agar bersabar atas ulah anak mereka. "Ya, aku akan bersabar, walau bagaimanapun dia itu anak kita!" kata Petani kepada istrinya. "Syukurlah, kanda berpikiran seperti itu. Kanda memang seorang suami dan ayah yang baik," puji Puteri kepada suaminya.
Memang kata orang, kesabaran itu ada batasnya. Hal ini dialami oleh Petani itu. Pada suatu hari, Putera mendapat tugas mengantarkan makanan dan minuman ke sawah di mana ayahnya sedang bekerja. Tetapi Putera tidak memenuhi tugasnya. Petani menunggu kedatangan anaknya, sambil menahan haus dan lapar. Ia langsung pulang ke rumah. Di lihatnya Putera sedang bermain bola. Petani menjadi marah sambil menjewer kuping anaknya. "Anak tidak tau diuntung ! Tak tahu diri ! Dasar anak ikan !," umpat si Petani tanpa sadar telah mengucapkan kata pantangan itu.
akhirnya si petani itu pun melanggar janji nya sendiri,setelah itu anak itu berlari ke rumah dan bertanya kepada ibuknyadan ibuk nyamenjelaskan semuanya setelah di jelaskan semuanyaibu dan anak tersebut lari ke sebuah desa dan petani itu mengejar isri dan anak nya,namun ibu dan anak tersebut meminta pertolongan kepadaupin dan ipin untuk menghalau petani tersebutagar tidak mengikutinya,usaha itu pun berhasil,lalu ibu dan anak tersebut melanjutkan perjalanan,sampai di tengah jalan anak tersebut mengeluh karena lapar,dan ibug itu bertemu 2 org yang bernama sopo dan jarwo,lalu sopo dan jarwo memintaibu dan anak tersebut agar beristirahat di desa nya,lalu sopo danjarwo mengajak ke rumah pak haji udin dan meminta kpd pak hajiudin agar boleh tinggal di desa ono"setelah bernegosiasi"pak haji udin mengatakan boleh tinggal di sini dan menetap di desa ini.
setelah 2 hari tinggal di rumah pak haji udin,2 orang ini mempunyai inspirasi untuk membangun rumah makan,namun tdk mempunyai modal,setelah itu 2 org ini memintabantuan kpd pak haji udin agar memberi pinjaman sebesar 5 juta untuk membangun rumah makan sederhana nya,lalu pak haji udin berbicara"ya boleh nnti uang nya ku kirim besok pagi",setalah mendapat uang di pagi hari itu  ia mulai berbelanja kebetuhan dagangan nya. 
2 hari kemudian dia membuka rumah makan baru nya dan tdk di duga rumah mkan nya lari sekali,dan dia menepati janji nyau ntuk membayar pinjaman dari pak haji udin ,namun setelah membayar uang nya ternyata uang nya masih tersisa banyak ,dan2 org ini berinisiatip untuk membangun rumah sendiri,
dan cita-cita itu pun terkabulkan dan 2 org ini hidup tentram dan damai di desa ini.......



                          TTTAMATTT
Analisis cerpen juru masakA.
 
Unsur Intrinsik1.
 
Judul : Juru Masak2.
 
Tema : keahlian3.
 
Setting :a.
 
Waktu :
 
Beberapa tahun lalu hari pertama perhelatan : (
Beberapa tahun lalu, pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelihtigabelas ekor kambing dan berlangsung selama tiga hari)
 
 
Ketika keluarga mempelai pria tiba : (
di hari pertama perhelatan, ketika rombongankeluarga mempelai pria tiba)
 
 
Kini : (
Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluhempat anak buah yang tiap hari sibuk melayani pelanggan.)
 
 
Sejak dulu : (
Sejak dulu, orang-orang Lareh Panjang yang kesulitan uang selalu beres di tangannya, mereka tinggal menyebutkan sawah, ladang atau tambak ikansebagai agunan, dengan senang hati Mangkudun akan memegang gadaian itu)
 
 
Sejak ibunya meninggal : (
sejak ibunya meninggal, ayahnya itu sendirian saja dirumah, tak ada yang merawat)
 
 
Setelah itu : (
setelah itu mereka berbalik meninggalkan helat, bahkan ada yang belum sempat mencicipi hidangan tapi sudah tergesa pulang.
)
 
Dua hari sebelum kenduri berlangsung : (
Dua hari sebelum kenduri berlangsung,Azrial, anak laki-laki Makaji, datang dari Jakarta. Ia pulang untuk menjemputMakaji
)b.
 
Tempat :
Lareh Panjang : (juru masak nomor satu di Lareh Panjang ini.)
 c.
 
Latar Suasana :
 
Kecewa : (
Keluarga mempelai pria merasa dibohongi oleh keluarga mempelaiwanita yang semula sudah berjanji bahwa semua urusan masak-memasak selamakenduri berlangsung akan dipercayakan pada Makaji,
)
 
Bingung : (
ketika rombongan keluarga mempelai pria tiba, Gulai Kambing, Gulai Nangka, Gulai Kentang, Gulai Rebung dan aneka hidangan yang tersaji ternyata bukan masakan Makaji
)
 
Kesal : (
“Kalau besok Gulai Nangka masih sehambar hari ini, kenduri tak usahdilanjutkan!” ancam Sutan Basabatuah, penghulu tinggi dari
keluarga Rustamadji.
)
 
Sedih : (
dengan berat hati Azrial melupakan Renggogeni. Ia hengkang darikampung, pergi membawa luka hati.
)
 
Bangga : (
Berkat kegigihan dan kerja keras selama bertahun-tahun, Azrial kini sudah jadi juragan, punya enam Rumah Makan dan duapuluh empat anak buah yang tiaphari sibuk melayani pelanggan
)
 
Semarak : (
Kenduri di rumah Mangkudun begitu semarak 
)
 
Menyesal : (
“Ah, menyesal kami datang ke pesta ini!”
)
 
 7.
 
Amanata.
 
Jika kita suka menolong oranglain tanpa memandang siapapun orang itu, maka oranglain juga akan senang dengan kita.b.
 
Segala sesuatu yang kita alami pasti ada hikmahnya, dengan bekerja keras kita akan menjadisukses.c.
 
Kesombongan hanya akan membawa kita pada penderitaan.d.
 
Memaksakan keinginan tanpa memikirkan perasaan orang lain hanya akan menimbulkanpenyesalan.B.
 
Unsur Ekstrinsik1.
 
Nilai-Nilaia.
 
Nilai Moral :a.
 
Baik : “
Makaji tak pernah keberatan membantu keluarga mana saja yang hendakmenggelar pesta, tak peduli apakah tuan rumah hajatan itu orang terpandang yangtamunya membludak atau orang biasa yang hanya sanggup menggelar syukuranseadanya
b.
 
Buruk :
 
“Apa kau bilang? Jodoh? Saya tidak rela kau berjodoh dengan Azrial. Akansaya carikan kau jodoh yang lebih bermartabat!”
 b.
 
Nilai sosial :
Orang-orang Lareh Panjang hanya datang di hari pertama, sekedar menyaksikan benda- benda pusaka adat yang dikeluarkan untuk menyemarakkan kenduri, setelah itu mereka berbalik meninggalkan helat, bahkan ada yang belum sempat mencicipi hidangan tapi sudahtergesa pulang.
 c.
 
Nilai budaya :
 pesta perkawinan Gentasari dengan Rustamadji yang digelar dengan menyembelih tigabelasekor kambing dan berlangsung selama tiga hari
“Dua kali meriam ditembakkan ke langit, pertanda dimulainya perhelatan agung. Tak
 biasanya pusaka peninggalan sesepuh adat Lareh Panjang itu dikeluarkan. Bila yangmenggelar kenduri bukan orang berpengaruh seperti Mangkudun, tentu tak sembarang
dipertontonkan.”
 
2.
 
Latar belakang pengarang
 
Latar belakang pengarang sangat jelas,dimana pengarang berasal dari daerah Sumatra bukandaerah Jawa.
Kekurangan Cerpen Juru Masak :1.
 
Ada beberapa kata yang tidak dapat dimengerti. Contohnya : Perhelatan,Tabiat dan lain lain.Kelebihan Cerpen Juru Masak :1.
 
Mengandung unsur ektrinstik yang sangat jelas.2.
 
Penggambaran watak tokoh menggunakan metode dramatik dan analitik sehingga mudahdipahami.3.
 
Amanat yang ada pada cerita sangat mendidik.4.
 
Selain tema kewirausahaan cerpen juru masak juga mengandung tema percintaan